Semua orang mempunyai tujuan yang berbeda dalam mencari uang, ada yang ingin bertahan hidup, membangun kekayaan dan lain sebagainya. Namun, mayoritas orang pasti sepakat kalau tujuan utamanya adalah untuk menjalani hidup yang baik.
Hidup ini hanya bisa dicapai apabila kita tahu rasanya cukup, berhenti melakukan pengejaran keinginan yang tiada habisnya dan mulai menikmati hidup saat ini. Tapi, berapa banyak uang yang kita butuhkan supaya merasa cukup. Untuk memahami hal itu, simak penjelasan di bawah ini.
1. Pengejaran uang terus menerus
Anda pasti pernah iri dengan teman atau tetangga dengan mobil baru, liburannya yang mewah, foto dia sedang makan di restoran mewah, dan hal lain yang belum bisa Anda capai.
Di satu fase, mayoritas orang pasti pernah iri, ibaratnya seperti pepatah kalau rumput tetangga selalu lebih hijau yang artinya apa yang dimiliki orang lain biasanya terlihat lebih baik daripada apa yang kita miliki.
Namun, pengejaran barang material seperti ini membuat kita tidak pernah merasa puas dan akhirnya muncul sebuah pertanyaan, berapa banyak barang untuk merasa cukup ?
Ini adalah pertanyaan yang coba dijawab oleh Skidelsky. Pada tahun 1928, seorang ekonom terkenal bernama James Maynard Keynes memprediksi kalau pada tahun 2030, orang yang tinggal di Barat akan hidup sangat makmur sehingga mereka tidak perlu bekerja lebih dari tiga jam sehari.
Baca juga : kualitas dan kuantitas, mana yang lebih baik ?
Di satu sisi, prediksi ini tentu saja tepat. Dunia semakin kaya yang diukur dengan perkembangan pendapatan per kapita, taraf hidup meningkat, perkembangan teknologi telah meningkatkan efisiensi, dan banyak kebutuhan kita dapat terpenuhi dengan baik.
Namun di sisi lain, prediksi soal bekerja hanya 15 jam seminggu tentu saja meleset sangat jauh. Hal ini disebabkan, distribusi kekayaan yang tidak merata dan hanya dinikmati segelintir orang. Sedangkan, mayoritas populasi masih harus bekerja 40 jam seminggu atau bahkan lebih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Contohnya, 1% orang terkaya di Amerika Serikat mendapatkan sekitar 18 persen dari total pendapatan nasional. Sedangkan, kelas menengah yang mampu menjalani kehidupan mewah dan santai sering kali masih harus bekerja lebih dari 40 jam seminggu untuk mengejar kekayaan yang lebih besar lagi.
Kemajuan teknologi yang pesat juga belum memberikan kemakmuran bagi banyak orang. Kenyataannya, inovasi ini menghasilkan banyak pekerja lepas dengan bayaran yang rendah. Muncul pertanyaan menarik :
Kenapa kamu membeli handphone baru, mobil baru, atau peralatan elektronik lainnya?
Apakah memang harus beli karena barang yang dimiliki itu sudah rusak atau karena Anda ingin menikmati teknologi yang terbaru. Jawaban yang berbeda akan menentukan bagaimana hubungan seseorang dengan uang.
Walaupun dunia semakin makmur, manusia yang tinggal di dalamnya tidak semakin santai. Mereka malah bekerja semakin keras agar mampu membeli barang atau jasa yang mereka inginkan.
Apalagi ditambah tekanan dari lingkungan sekitar, hal ini mendorong kita untuk menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain atau mempunyai sesuatu yang membedakan kita dengan orang lain di sekitar.
Pemuasan keinginan yang tiada habisnya membuat kita tidak pernah merasa cukup. Contohnya, di masa lalu, seorang bankir membeli sebuah properti dan kemudian memutuskan untuk menikmati masa pensiun. Namun di era sekarang, seorang bankir malah membeli properti lainnya untuk meningkatkan kekayaan, walaupun usianya sudah senja.
2. Kriteria hidup yang baik
Di era sekarang, semua orang sudah lupa rasanya cukup. Hidup untuk mengumpulkan kekayaan sepertinya dipahami sebagai sarana untuk bertahan hidup. Apalagi, untuk mengukur sebuah negara merupakan negara yang makmur dan bertumbuh masih menggunakan metrik pendapatan per kapita.
Jika pendapatan per kapita sebuah negara naik artinya kondisi ekonomi negara itu membaik. Namun faktanya, di United Kingdom, walaupun pendapatan per kapitanya naik secara signifikan tapi tingkat kebahagiaannya tidak ikut naik.
Masalahnya terletak di studi yang bergantung pada penilaian subjektif individu tentang kebahagiaan mereka sendiri. Namun, laporan berdasarkan penilaian pribadi selalu bergantung pada konsepsi individu dan budaya tentang apa arti kebahagiaan.
Baca juga : cara mengambil keputusan terbaik dalam hidup
Tanpa konsep kebahagiaan yang dapat disepakati semua orang, statistik ini tidak akan memberitahu tentang kemungkinan hubungan antara kekayaan dan kebahagiaan.
Skidelsky menawarkan metrik berbeda untuk mengukur hidup yang baik itu seperti apa, dimulai dari pemenuhan hak dasar hidup manusia.
Kesehatan
Ini merupakan hak dasar yang harus dipenuhi setiap manusia agar bisa menjalani hidupnya dengan baik. Kesehatan disini bukan berarti kondisi tubuh yang tidak sakit, tapi kondisi tubuh yang sehat secara rohani dan jasmani. Untuk mengukurnya bisa menggunakan ekspektasi hidup manusia.
Keamanan
Manusia harus merasa aman dan terbebas dari perang, kejahatan, atau perubahan kondisi sosial ekonomi yang ekstrim. Kestabilan hidup ini merupakan faktor penting untuk mengukur hidup yang baik.
Penghormatan
Menghormati seseorang berarti menunjukkan dengan formalitas atau cara lain bahwa kita menganggap pandangan dan kepentingannya sebagai hal yang patut dipertimbangkan.
Rasa hormat tidak berarti setuju atau ungkapan rasa suka. Seseorang bisa menghormati musuh, tanpa berarti setuju dengan pandangan yang dianutnya.
Tapi hal itu menyiratkan pengakuan tertentu atau memperhitungkan sudut pandang orang lain. Hal ini bisa diukur dari tingkat kesenjangan sosial di masyarakat.
Kepribadian
Kepribadian artinya keahlian seseorang untuk menjalani hidup sesuai seleranya. Tempat tinggal adalah contoh penting dari kepribadian seseorang, di mana hal ini memberikan seseorang kebebasan untuk mengekspresikan siapa dirinya.
Hal ini bisa diukur dari jumlah kepemilikan seseorang di wilayah tersebut.
Hidup selaras dengan alam
Hidup di era modern kadang mengesampingkan keberadaan alam. Pembangunan yang semakin tinggi kadang berdampak buruk pada kerusakan alam. Kenyataan ini membuat orang yang tinggal di perkotaan sangat rindu untuk terkoneksi lagi dengan alam.
Setiap kali libur panjang, pasti banyak orang yang berbondong-bondong untuk liburan ke tempat dengan pemandangan alam yang indah.
Persahabatan
Di jaman kuno, persahabatan dianggap sebagai sesuatu yang serius. Filsuf dari Yunani kuno bernama Aristoteles membedakan persahabatan menjadi dua jenis berdasarkan kepentingan yang sama atau berdasarkan hiburan yang sama.
Baca juga : 5 money skill untuk membangun pasif income Anda
Contohnya, Anda bersahabat dengan seseorang karena bekerja di kantor yang sama atau memiliki hobi yang sama. Namun, persahabatan sejati muncul ketika masing-masing pihak merangkul kebaikan satu sama lain dan akhirnya menyukai seseorang berdasarkan diri mereka apa adanya, bukan berasal dari manfaat apa yang bisa ditawarkan.
Bersantai
Terkadang bersantai itu artinya tidak melakukan apa-apa atau hanya bersenang-senang yang sifatnya pasif. Misalnya, nonton tv atau main media sosial seharian, kegiatan ini sifatnya pasif maka cenderung lebih cocok jika disebut sebagai istirahat daripada bersantai.
Namun, bersantai bisa berarti melakukan sesuatu yang karena ingin melakukannya saja. Pekerjaan yang dibayar bisa menjadi aktivitas yang dilakukan dalam bersantai apabila tidak punya tujuan utama untuk mencari uang, namun hanya melakukan aktivitas tersebut.
Misalnya, seorang pelukis yang tetap melukis bahkan ketika lukisannya tidak dijual atau dia bisa menghasilkan uang lebih banyak jika mengerjakan hal lain.
Kita baru bisa menjalani hidup yang bahagia ketika tahu rasanya cukup. Keseimbangan antara pengejaran kekayaan dan menikmati hidup adalah kunci hidup yang bahagia.
0 Komentar